Thursday, January 28, 2016

KISAH DITERIMANYA HAJI SEBELUM BERANGKAT KE TANAH SUCI

0

KISAH DITERIMANYA HAJI SEBELUM BERANGKAT KE TANAH SUCI

Ini kesekian kalinya Abdullah bin Mubarak menunaikan ibadah haji. Setelah thawaf, ulama besar tabi’ut tabi’in yang lahir pada 118 H itu bermimpi. Ia melihat dua malaikat yang turun dari langit sedang bercakap-cakap.

“Berapa jumlah umat Islam yang menunaikan haji pada tahun ini?” tanya salah seorang malaikat.
“600.000 jama’ah haji,” jawab malaikat yang lain, “sayangnya tidak ada satupun dari mereka yang diterima hajinya”

Dalam mimpi itu, Abdullah bin Mubarak merasa terperangah. Jumlah sebanyak itu tak ada yang diterima? “Padahal jama’ah haji ini datang dari berbagai negeri. Mereka sudah mengeluarkan banyak uang, melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan. Bagaimana mungkin semuanya tidak diterima?” Ibnu Mubarak menangis.

“Namun…” lanjut malaikat, “Ada satu orang yang hajinya diterima. Namanya Ali bin Muwaffaq, seorang penduduk Damaskus yang berprofesi sebagai tukang sepatu. Sebenarnya ia tidak jadi berangkat haji, tetapi Allah menerima hajinya dan mengampuni dosanya. Bahkan berkat dia, seluruh jama’ah haji yang sekarang ada di tanah suci ini diterima hajinya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Abdullah bin Mubarak sangat bahagia. Ia bersyukur, hajinya dan haji seluruh jama’ah diterima. Sayangnya, Abdullah bin Mubarak terbangun sebelum mendengarkan dialog malaikat berikutnya. Sehingga ia pun tidak mengetahui lebih lanjut siapa orang mulia yang karenanya haji ratusan ribu orang ini diterima.

Musim haji selesai, rasa penasaran Abdullah bin Mubarak semakin menjadi. Maka ia pun memutuskan untuk pergi ke Damaskus, mencari seorang lelaki yang hajinya diterima sebelum ia datang ke tanah suci.

Damaskus bukanlah kota kecil. Alangkah susahnya mencari seseorang yang hanya diketahui nama dan profesinya, tanpa diketahui alamatnya. Namun dengan izin Allah, setelah berusaha dan bertanya ke sana kemari, akhirnya Abdullah bin Mubarak dapat menemukan rumah orang yang bernama Ali bin Muwaffaq.

“Assalamu’alaikum,” kata Abdullah bin Mubarak di depan rumah itu.
“Wa’alaikum salam”
“Benarkah ini rumah Ali bin Muwaffaq, tukang sepatu?”
“Ya, benar. Ada yang bisa saya bantu?”

“Saya Abdullah bin Mubarak, sewaktu haji saya bermimpi dua malaikat bercakap-cakap bahwa seluruh jama’ah haji tidak diterima hajinya kecuali Ali bin Muwaffaq, tukang sepatu dari Damaskus. Padahal Ali bin Muwaffaq tidak jadi berangkat haji. Lebih dari itu, Allah akhirnya menerima haji seluruh jama’ah berkat Ali bin Muwaffaq” mendengar itu Ali bin Muwaffaq sangat terkejut, hingga jatuh pingsan.

Setelah ia sadar, Abdullah bin Mubarak menceritakan kisahnya lebih lengkap. “Amal apakah yang telah engkau lakukan sehingga Allah menerima hajimu padahal engkau tidak jadi berangkat ke tanah suci?”

“Ya, aku memang tidak jadi berangkat haji. Sungguh anugerah dari Allah jika Allah mencatatku sebagai orang yang hajinya diterima. Sebenarnya aku telah menabung sejak lama, hingga terkumpullah biaya haji. Namun suatu hari, sebelum aku berangkat ke tanah suci, aku dan istriku mencium masakan yang sedap. Istriku yang sedang mengandung jadi sangat ingin masakan itu. Lalu kucari sumbernya, ternyata dari tetanggaku. Aku katakan maksudku, namun ia malah menjawab, ‘Sudah beberapa hari anakku tidak makan.

Hari ini aku menemukan keledai mati tergeletak, lalu aku memotong dan memasakknya menjadi masakan ini. Makanan ini tidak halal untuk kalian.’ Mendengar itu, aku merasa tertampar sekaligus sangat sedih. Bagaimana mungkin aku akan berangkat haji sedangkan tetanggaku tidak bisa makan. Maka kuambil seluruh uangku dan kuserahkan padanya untuk memberikan makan anak dan keluarganya. Karena itu, aku tidak jadi berangkat haji.”

Abdullah bin Mubarak terharu. Bulir-bulir air mata membasahi pipi ulama itu. “Sungguh pantas engkau menjadi mabrur sebelum haji. Sungguh pantas hajimu diterima sebelum engkau pergi ke tanah suci,” kata Abdullah bin Mubarak kepada Ali bin Muwaffaq.

Intinya
niat serta ikhlas itu paling utama

Terimakasih telah berkunjung di blog kami qsuro.blogspot.com moga bisa berbagi pengetahuan.

Silahkan dishare/berbagi  dan follow blog Kami, moga bermanfaat.

Thursday, January 21, 2016

MENGENAL PENCIPTA TEMBANG TOMBO ATI

0

Mengenal Pencipta
Tembang Tombo Ati

Dia hidup di lingkungan pesantren sejak lahir. Cucu Maharaja Majapahit terakhir ini membawa nuansa zikir dalam gamelan.

Rombongan santri itu melintasi hutan jati di kawasan Tuban, Jawa Timur. Tiba-tiba mereka dicegat gerombolan begal. Kepala rombongan dipaksa menyerahkan uang dan harta yang dibawa.

“Kami cuma membawa gamelan,” kata pria bersurban dengan jubah putih yang memimpin rombongan santri.

“(Penampilan) Kalian bukan wiyaga (pemain gamelan jawa)! Coba kalian mainkan gamelan itu. Kalau kalian bohong, bukan hanya harta kalian tapi nyawa kalian juga kami cabut!” bentak kepala garong yang bernama Kebo Ndanu.

Rombongan mulai memainkan perangkat musik Jawa itu. Sang pemimpin rombongan melantunkan suluk dalam macapat dengan merdu. Suluk itu berisi pesan tasawuf yang dikenal dalam masyarakat Jawa dan Madura dan ditulis dalam bentuk puisi dengan metrum (tembang) tertentu seperti sinom, wirangrong, kinanti, smaradana, atau dandanggula.

Suluk itu begitu menggetarkan hati yang mendengar. Tak terkecuali para garong. Kaki Kebo Ndanu seketika lemas, tubuhnya menggelosor ambruk ke tanah.

“Tobaaat….ampun. Hentikan tembang kalian!” teriak Kebo Ndanu.

Musik masih terus dimainkan.

“Tidak ada yang salah dengan tembang ini. Kalian mungkin terlalu banyak punya niat buruk dalam hidup,” kata sang pemimpin santri itu dengan nada tenang.

“Saya nyerah….saya nurut perintah kisanak,” kata Kebo Ndanu dengan tubuh menggeliat-geliat di atas tanah seperti cacing kepanasan.

Musik pun dihentikan. Kebo Ndanu bernafas lega. Dengan tubuh yang masih lemah dia bersimpuh dan memohon kepada pimpinan rombongan untuk bersedia menjadi guru dan membimbing jalan hidupnya.
Sang pimpinan rombongan memperkenalkan diri sebagai Susuhunan dari Bonang, sebuah desa di perbatasan Rembang, Jawa Tengah dengan Tuban di Jawa Timur. Para santrinya lebih mudah menyebut dia dengan Sunan Bonang. Sejak saat itu Kebo Ndanu menjadi pengikut setia dan santri yang taat.

Sunan Bonang memang dikenal sebagai penyebar Islam yang tak pernah lama menetap di satu wilayah. Beliau lebih sering mengembara dalam menyebarkan ajaran Islam di Tanah Jawa. Wajar jika muridnya banyak tersebar di berbagai wilayah.

Kisah Kebo Ndanu hanyalah salah satunya. Tak kalah penting juga peristiwa pencegatan Sunan Bonang oleh Berandal Lokajaya.

Berandal ini mencegat Sang Sunan saat sedang berjalan sendirian. Mata hati Sunan yang sangat waspada, melihat bahwa Lokajaya hatinya dipenuhi dengan keinginan duniawi.

“Kalau kamu mau harta, ambillah emas yang ada di biji aren itu,” katanya kepada Lokajaya sambil menunjuk pohon aren yang berbuah butir-butir emas.

Lokajaya terbelalak dan langsung memanen aren emas itu dan memasukkannya ke dalam kantong bajunya. Setelah semua emas terambil dia periksa kantongnya. Ternyata emas itu kembali menjadi biji aren.

Sadar bahwa yang dirampok adalah orang yang punya ilmu tinggi, Lokajaya mengejar orang berjubah putih itu. Dia bersimpuh dan memohon agar diangkat menjadi murid sang Sunan.

Sunan Bonang menerima Lokajaya. Ternyata berandalan itu adalah putra Adipati Tuban, Tumenggung Wilatikta yang melawan kemewahan hidup sebagai anak pejabat. Dia layaknya seorang ‘robin hood’ Jawa, karena hasil rampokannya dia bagikan kepada rakyat miskin.

Berandal Lokajaya bernama asli Raden Said. Dia banyak menerima ilmu dari Sunan Bonang. Tak hanya ilmu keagamaan, namun juga seni tradisional yang digunakan Sunan Bonang untuk menyebarkan Islam. Di kemudian hari Lokajaya dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Sejak lahir, Sunan Bonang hidup di lingkungan pesantren. Dia lahir dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim, pada 1465. Ayahnya, Raden Rahmat merupakan keponakan dari Ratu Dwarawati, permaisuri Raja Brawijaya V.

Brawijaya V merupakan penguasa terakhir kerajaan Majapahit (1293-1500). Sang Maharaja yang masih terhitung paman, memberikan tempat di Ujung Galuh (sekarang bernama Surabaya) kepada Raden Rahmat untuk mendirikan tempat belajar para santri (persantrian atau pesantren). Daerah itu bernama Ngampeldenta.

Setelah pesantren berdiri, Raden Rahmat pun berjuluk Susuhunan Ngampeldenta. Atau para santri lebih sering mengucapkan dengan Sunan Ampel.

Hidup di lingkungan santri, Raden Makdum (Sunan Bonang) tumbuh sebagai pemuda yang ilmu agamanya cukup mumpuni. Sunan Ampel kemudian mengirimnya belajar Islam lebih dalam ke Samudera Pasai (Aceh).
Kepergian Raden Makdum ditemani Raden Paku, salah seorang santri yang ilmu agamanya juga cukup tinggi. Sepulangnya mereka belajar dan kembali ke Ampel, mereka mendapat tugas masing-masing.

Raden Makdum memulai dakwah dari Bonang, sehingga mendapat gelar Sunan Bonang. Sementara Raden Paku kembali ke Gresik dan mendirikan pusat pendidikan Islam Giri Kedaton. Raden Paku akhirnya lebih dikenal sebagai Sunan Giri.

Sejak muda, Sunan Bonang dikenal sebagai mubaligh handal. Fasih berbahasa Arab dan Melayu. Dia juga menguasai ilmu ushuluddin yang mengajarkan dasar agama, fiqih, tafsir Alquran, dan Hadis, serta tasawuf atau sufisme. Keluasan ilmu itulah yang membuatnya sangat arif dalam menyebarkan Islam.

karya-karya Sunan Bonang yang dijumpai hingga saat ini dikelompokkan menjadi dua :

Pertama, suluk yang mengungkapkan pengalamannya menempuh jalan tasawuf dengan beberapa pokok ajaran tasawufnya. Ajaran ini disampaikan melalui ungkapan-ungkapan simbolik yang terdapat dalam kebudayaan Arab, Persia, Melayu, dan Jawa.

Di antara suluk-suluknya ialah Suluk Wujil, Suluk Khalifah, Suluk Kaderesan, Suluk Regol, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Pipiringan, Gita Suluk Latri, Gita Suluk Linglung, Gita Suluk ing Aewuh, Gita Suluk Jebang, Suluk Wregol dan lain-lain (Drewes 1968).

Kedua, karangan prosa seperti Pitutur Sunan Bonang yang ditulis dalam bentuk dialog antara seorang guru sufi dan muridnya. Bentuk semacam ini banyak dijumpai dalam sastra Arab dan Persia

Sunan Bonang juga menulis sebuah kitab yang berisikan tentang Ilmu Tasawwuf berjudul Tanbihul Ghofilin. Kitab setebal 234 halaman ini sangat populer dikalangan para santri.

Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam.

Dia juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dia menambahkan sebuah elemen instrumen dalam gamelan jawa.

Instrumen dari logam itu berbentuk seperti mangkuk terbalik dengan tonjolan bagian tengahnya. Instrumen yang kemudian diberi nama “bonang” itu, saat dimainkan memiliki nuansa zikir mendorong kecintaan pada kehidupan transedental.

Sebuah warisan Sunan Bonang yang hingga kini masih sering dinyanyikan adalah tembang "Tombo Ati" (Obat Hati).

Coba kita simak syair indah Tombo Ati, sebagai penyejuk hati kita :

Tombo ati iku limo perkarane
Kaping pisan moco Quran lan maknane
Kaping pindo sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang sholeh kumpulono
Kaping papat kudu weteng ingkang luwe
Kaping limo zikir wengi lingkang suwe
Salah sawijine sopo bisa ngelakoni
Mugi-mugi gusti Allah nyembadani

Artinya :

Obat hati ada lima perkaranya.
Pertama baca Quran dengan maknanya.
Kedua, shalat malam dirikanlah.
Ketiga, berkumpullah dengan orang sholeh.
Keempat perbanyaklah berpuasa.
Kelima, dzikir malam perbanyaklah.
Salah satunya siapa bisa menjalani.
Semoga Allah mencukupi

Wednesday, January 20, 2016

AMALAN AGAR DIBERIKAN KECERDASAN MELEBIHI LAINNYA!!

0

AMALAN AGAR DIBERIKAN KECERDASAN MELEBIHI LAINNYA!!

Seringkali mendengar atau bahkan pernah kita melihat seseorang memiliki kecerdasan yang luar biasa. Kecerdasan atau kepandaian seseorang memang gak lepas dari ketekunan belajar, keturunan dari orang yang cerdas juga. Tapi kecerdasan seseorang bisa didapat dengan jalan kita mau berdoa dan mendekatkan diri sama Allah. Kita memohon kepada Allah agar diberikan kecerdasan dalam hal mempelajari ilmu pengetahuan.
Adapun ada cara yang bisa mencerdaskan,  kita lakukan  dengan jalan berdoa dan menjalankan satu "AMALAN" yakni :

Pertama:

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28)

ROBBISY ROHLY SHODRY WA YASSIRLY AMRY WAHLUL 'UQDATAN MIN LISAANY YAFQOHUU QOULY (3x)
(QS. Thaahaa [20]: 25-28)

Kedua:

فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ (79

FA FAHHAMNAAHAA SULAIMAANA WA KULLAN ATAYNAA HUKMAN WA 'ILMAN WA SAKHKHORNAA MA'A DAAWUUDAL JIBAALA YUSABBIHNA WAT THOIIR (1x)
(QS. al-Anbiyaa [21]: 79).

Dibaca setiap mau belajar dan akan ujian

Ketiga:

Kalau bisa setiap malam Jum'at pada setiap kali baca surat al-Kahfi dan bila sampai pada ayat :

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65)

FAWAJADAA 'ABDAN MIN 'IBAADINAA AATAINAAHU ROHMATAN MIN 'INDINAA WA 'ALLAMNAAHU MIN LADUNNAA 'ILMAN
(QS. al-Kahfi [18]: 65).

Diamlah sejenak, pejamkan mata dan memohon, "YA ALLAH BERIKAN AKU JUGA ILMU LADUNNI SEBAGAIMANA YANG TELAH ENGKAU BERIKAN PADA HAMBAMU-NABI KHIDHIR 'ALAIHIS-SALAM DAN HAMBA-HAMBAMU YANG SHOLEH."

Moga dengan menjalankan "AMALAN" diatas, anak kita diberikan kepandaian dan kecerdasan dalam belajar ilmu pengetahuan serta menjadi anak yang sholeh dan sholechah